Daftar Isi
- Disclaimer
- Pendahuluan
- Ide Baru dan Unik Seringkali Muncul Ketika Ngobrol Santai
- Terasa Seperti Sesi Konseling
- Penutup
Disclaimer
Artikel ini ditulis berdasarkan perspektif dan pengalaman saya ketika membuat sesi coffee talk. Mungkin tidak 100% valid, setidaknya ini mungkin bisa memberikan perspektif baru mengenai sesi casual 1 on 1.
Pendahuluan
Pada minggu kedua bulan Juli 2022, saya membuat sesi 1 on 1 terbuka bernama “Ngupi”. Itu sebenarnya istilah plesetan dari kata “kopi”. Saat itu saya hanya menyediakan 3 slot kepada orang-orang yang mau join sesi coffee talk dengan saya secara online.
Mungkin dari beberapa teman pembaca ada yang masih bingung apa itu “coffee talk”? Sebenarnya secara harafiah dapat diartikan ibarat seseorang hangout bersama temannya ke sebuah cafe lalu nongkrong sambil ngopi bersama di sana. Tentunya, karena situasi pandemi yang belum mereda, sesi ini saya buat secara online lewat Google Meet.
Sebelumnya, terima kasih kepada Dian Yehezkiel, Fathan, and Bryan (maaf saya belum tau Twitternya😂) yang telah menghadiri sesi 1 on 1 yang saya buat untuk pertama kalinya. Sebenarnya pengetahuan dan pengalaman kalian jauh di atas saya sih, tapi seperti yang sempat saya singgung di tweet saya, justru saya pun juga perlu mendapatkan insight dari kalian😁.
Nah, dari hasil pembicaraan bersama mereka bertiga, kurang lebih ada 2 hal yang saya dapatkan dari sesi coffee talk ini.
Ide Baru dan Unik Seringkali Muncul Ketika Ngobrol Santai
Di Indonesia, kita lebih familiar dengan kata “nongkrong”. Saya sendiri telah mengalami bagaimana obrolan tongkrongan justru bisa punya pengaruh lebih besar dalam hidup saya. Saya masih ingat kejadian itu pada awal 2020 ketika masih mengerjakan skripsi di lab kampus sebelum covid mulai ramai.
Saat itu, saya bersama beberapa teman saya sedang stuck dalam pengerjaan aplikasi skripsi kami masing-masing. Ketika makan siang, biasanya kami bareng-bareng pergi ke Lawson seberang kampus dan membeli beberapa snack. Setelahnya, kami menuju ke trotoar pinggir kamus dan nongkrong di sana. Beberapa ada yang sambil merokok, tapi sebagian yang tidak merokok seperti saya biasanya hanya ikut nimbrung dan makan bareng. Bahkan hal itu kami lakukan bersama dosen pembimbing yang memang suka nongkrong juga🤣.
Benar-benar pengalaman yang mengesankan sih. Ketika kami sedang stuck dalam progress skripsi kami, biasanya kami secara spontan membicarakan itu saat kami nongkrong bersama dosen kami di trotoar pinggir kampus. Kurang lebih setelah sejam kami kembali ke lab, pasti kami kembali dengan ide baru yang bisa-bisanya itu menyelesaikan masalah kami dalam pengerjaan skripsi🤯.
Bisa dikatakan, justru obrolan seperti ini malah lebih berfaedah dibandingkan sesi bimbingan skripsi formal. Kenapa? Karena ketika nongkrong bersama, biasanya kami lebih menyampaikan apa adanya, terutama ketika sedang stuck dan butuh bantuan. Berbeda dengan sesi bimbingan formal yang cenderung malah gugup.
Sama dengan sesi 1 on 1 ini. Ini bukanlah mockup interview. Hanya ngobrol santai. Kita bisa sama-sama diskusi hal-hal seperti pengalaman karir, studi, atau hal teknis mengenai frontend development. Terkadang, setelah sesi coffee talk ini, ada saja hal-hal baru yang lahir secara spontan.
Terasa Seperti Sesi Konseling
Pada mockup interview, tujuannya sudah jelas dan spesifik, yaitu mempersiapkan pesertanya untuk sesi interview perusahaan. Jika pesertanya pesertanya ingin mempersiapkan diri dengan hal-hal teknis (untuk pekerjaan yang berkaitan dengan programming), pastinya sesi mockup interview-nya akan diisi dengan latihan live coding atau menjawab pertanyaan teknis terkait pemrograman.
Saya sebenarnya ingin membuat sesi semacam ini untuk konteks frontend engineering. Tetapi saya sadar diri, pengalaman saya masih jauh dan harus banyak belajar🤣. Karena itulah akhirnya saya memutuskan untuk membuat sesi 1 on 1 kecil-kecilan yang terbuka untuk umum di Twitter.
Dengan Cal.com setiap yang mau join harus menuliskan apa saja topik yang ingin didiskusikan, supaya sesi 1 on 1 ini tidak kehilangan esensinya. Sebagai contoh, topiknya tentang sharing pengalaman kerja sebagai frontend engineer. Nah selama coffee talk berlangsung, kita bisa saling ngobrolin pengalaman, pernah menghadapi issue apa dan cara menanganinya seperti sesi konseling.
Perlu dicatat bahwa “konseling” ini tidak hanya untuk para peserta, tetapi juga saya pribadi. Justru saya lebih banyak mendapatkan insight baru dari para peserta yang hadir melalui pengalaman dan perspektif mereka. Dengan kata lain, ini seperti konseling dua arah. Yang hadir dan yang membuat agenda sama-sama belajar untuk mendapatkan insight baru.
Penutup
Nah, kurang lebih itulah pengalaman dan cerita saya terkait sesi 1 on 1. Jangan salah, siapa tau kan hal kecil seperti ini bisa mengubah hidup seseorang padahal hanya obroal casual. Saya pikir kalau para software developer di Indonesia bisa turut membuat kegiatan serupa, secara tidak langsung kita bisa berkontribusi menciptakan talenta digital baru yang handal di negara kita walau hanya lewat obrolan santai.
Semoga ini bisa memberikan perspektif baru ya. Apabila teman-teman ada pengalaman serupa atau sekedar memberikan feedback, silahkan tulis di kolom komentar. Terima kasih.